Cari Blog Ini

Selasa, 18 Oktober 2011

BIOLOGI DASAR

PEMAHAMAN BIOLOGI IKAN DAN PERAIRAN
BAGI PEMBUDIDAYA DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

PENULIS
HERISOGA SATRIO
NIM. H1H010040


PENDAHULUAN
Biologi perikanan adalah studi mengenai ikan sebagai sumberdaya yang dapat dipanen oleh manusia. Biologi perikanan mencakup biologi ikan, dimana penekanannya terhadap spesies penting sebagai sumberdaya.
Tujuan dalam biologi perikanan diantaranya merupakan suatu usaha agar orang yang mempelajarinya mengerti dan memahami sumberdaya perikanan serta bagaimana pemanfataan sumberdaya tersebut secara optimum dan membuat rekomendasi dalam pemanfaatan dan perbaikannya.

PERMASALAHAN
Didalam merumuskan masalah untuk pengambilan keputusan. Maka ahli biologi perikanan perlu mengetahui daur hidup dan syarat khusus spesies, pengaruh faktor lingkungan serta faktor biologis lain yang mungkin tidak cocok namun dapat diperbaiki. Pengetahuan kebiasaan makanan  memberi petunjuk keadaan kompetisi dan predator serta mungkin keadaan kurang pangan dimana kalau dalam perairan tertutup dapat diperbaiki lingkungannya dengan introduksi organisme pangan atau kontrol terhadap spesies yang bersaing. Distribusi ukuran, komposisi kelas umur dan kecepatan pertumbuhan ikan memberi keterangan yang penting terhadap populasi. Demikian juga kemelimpahan ukuran tertentu mungkin hasil kompetisi atau keinginan pengelola melalui suatu pengaturan yang khusus.
Ada beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan perairan. Di antaranya:  masih terbatasnya sarana pelayaran, potensi perairan yang belum dikelola secara maksimal serta sarana perikanan laut yang umumnya masih sederhana.




SOLUSI
Solusi didalam pemanfaatan biologi perikanan ini ialah hal apakah yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan memperbaiki perikanan.
Adapun aspek yang sangat penting dan harus diperhatikan adalah; 
1.      Populasi-populasi serta faktor-faktor yang mengontrolnya, membatasi atau mengembangkan populasi.
2.      Kecepatan  pertumbuhan dan  waktu dalam  mencapai ukuran  rata-rata dari berbagai macam ikan.
3.      Fekunditas atau jumlah telur yang dihasilkan, dan pola produksi, umur pada waktu mencapai kematangan gonad dan nisbah kelamin.
4.      Kecepatan survival dan mortalitas pada tahap-tahap daur hidup.
5.      Distribusi ekologi, pergerakan dan ruaya.
6.      Pengaruh penangkapan terhadap jumlah populasi, reproduksi, pertumbuhan dan distribusi ukuran.
7.      Tingkah laku ikan  dalam waktu 24 jam atau dari musim ke musim.
8.      Interaksi-interaksi terhadap spesies lain sangat mempengaruhi produksi spesies yang paling disenangi.  

KESIMPULAN
Untuk pengelolaan sumberdaya yang lebih efektif, tepat dan hasilnya optimum dengan biaya murah, maka haruslah dapat menciptakan peraturan-peraturan atau alternatifnya untuk dapat diajukan kepada pemerintah sebagai dasar pengambilan keputusan, peraturan atau alternatif mana yang akan digunakan untuk dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA
Effendie, M.I. 1978. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri Bogor. 122 hal.
Gerking, S.D. 1967. The Biological Basis of Freshwater Fish Production. Blackwell Scienttific Publication. 459 pp.
King, M. And A. Mc Ilgorm. 1989. Fisheries Biology and Management of Pacific Island Students. International DEVELOMENT Program of Australian Universities and Colleges. 67 p.
Effendi,  M.I. 1978. Biologi Perikanan (Bagian I Studi Natural History), Fak. Perikanan, IPB 158 hal.
Effendi,  M.I. 1978. Biology Perikanan (Bagian II Dinamika Populasi Ikan), Fak. Perikanan, IPB 58 hal.

Rabu, 12 Oktober 2011

tugas PIP


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

TEKNOLOGI
BUDIDAYA  LELE DUMBO (Clarias sp)






DISUSUN OLEH
HERISOGA SATRIO
NIM. H1H010040


UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
 FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
TAHUN 2010

1.1              Latar Belakang
Ikan Lele merupakan jenis ikan yang ukuran pertumbuhannya cepat (bongsor). Ukuran tubuh inilah yang membuat ikan berkumis ini disebut dengan LELE DUMBO. Kata dumbo diduga berasal dari kata “jumbo” yang berarti berukuran raksasa, selain itu kata clarias juga diambil dari baha yunani Chlara yang artinya hidup. Menurut beberapa informasi, lele yang pertumbuhannya cepat ini merupakan hasil persilangan lele lokal yang berasal dari Afrika dengan lele lokal yang berasal dari Taiwan (clarias gariepinus x clarias fuscus) (Subandi, 2004). Pertama kali masuk ke tanah Air pada tahun 1986.
         Ikan lele ini mempunyai beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan jenis ikan yang lainnya antara lain yakni mudah berkembang biak, pertumbuhannya relatif cepat, mudah beradap tasi, efesiensi terhadap pakan dan teknik pemeliharaannnya mudah (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).


 
A.     Ciri-ciri Morfologi
Seperti umumnya kelompok ikan lele-lelean, yang memiliki tubuh bulat memanjang, licin, berlendir, dan tidak bersisik.  Warna tubuhnya akan berubah menjadi pucat saat terkena sinar matahari dan berubah menjadi loreng seperti mozaik hitam putih jika terkejut atau kaget. Bentuk mulutnya relatif lebar, mencapai seperempat dari panjang total tubuhnya. Ciri khas lainnya adalah terdapat delapan buah kumis di sekitar mulutnya. kumis ini berfungsi sebagai alat mencari makan dan alat peraba saat berenang. Ciri lain adalah memiliki alat pernapasan tambahan berbentuk seperti pohon yang biasa disebut dengan arborescent organ. Alat pernapasan yang tumbuh di insang kedua dan ke empatnya ini memungkinkan ikan lele ini mengambil oksigen langsung dari udara bebas.
Ciri morfologi yang lebih spesifik adalah warna tubuhnya yang bervariasi. Ada yang berwarna coklat gelap, coklat terang, bahkan ada yang berwarna hitam. Warna tubuh ini bersifat permanen dan tidak mengalami perubahan. Sebagai alat bantu renang ikan lele memiliki tiga buah sirip tunggal, yaitu sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur. Ikan lele ini juga memiliki dua buah sirip berpasangan, yaitu sirip dada, dan sirip perut. Dibagian sirip dada terdapat sirip yang keras dan runcing (patil) yang berguna sebagai senjata dan alat bantu untuk gerak.
Selain itu kita juga bisa membedakan jenis kelamin lele yang jantan dan lele yang betina dengan melihat dari perilaku, morfologi, dan anatomi tubuh lainnya.
Ciri-ciri ikan lele betina:
·         Bagian perut tampak membesar ke arah anus dan jika diraba terasa lunak,
·         Warna kulit agak terang,
·         Kepala lebih besar dibandingkan dengan ikan lele jantan,
·         Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubang agak lebar dan terletak di belakang anus,
·         Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan kuning-kuningan (ovum/telur)
·         Pergerakannya lambat dan jinak, tulang kepala pendek dan agak cembung.


 


Gambar
Ciri ikan lele betina

Ciri-ciri ikan lele jantan;
·         Kepala lebih kecil dari ikan lele betina,
·         Warna kulit  dada agak tua bila dibanding ikan lele betina,





Gambar
Ciri ikan lele jantan
·         Uroginetal papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah belakang terletak dibelakang anus dan warna kemerahan,
·         Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding ikan lele betina,
·         Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor maka akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani),
·         Kulit lebih halus dibandingkan ikan lele betina,
·         Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng (depres).
B.     Klasifikasi
Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al (1986) adalah:
Kingdom                     :  Animalia
Sub-kingdom              :  Metazoa
Phyllum                       :  Chordata
Sub-phyllum                :  Vertebrata (binatang tulang belakang)
Klas                             :  Pisces (bangsa yang mempunyai insang)
Sub-klas                      :  Teleostei (ikan yang mempunyai tulang keras)
Ordo                            :  Ostariophysi (ikan yang mempunyai rongga)
Sub-ordo                     :  Siluroidea (bentuk tubuh panjang, licin)
Familia                        :  Clariidae (mempunyai ciri khas)
Genus                          :  Clarias (nama latin ikan lele)
Nama asing                 :  African catfish
Nama local                  :  Lele

C.    Syarat Hidup
                Lele memiliki insang tambahan yang sering disebut arborescent atau labirin. Insang tambahan ini memungkinkannya dapat hidup di dalam lupur atau di air yang hanya mengandung sedikit oksigen. Semua kelebihan tersebut membuat ikan ini tidak memerlukan kualitas air yang jernih atau air mengalir ketika dipelihara di dalam kolam.
                Walaupun demikian, para ahli tetap member syarat kualitas air (kimia maupun secara fisika). Berikut uraiannya:
Table 1.  Kualitas Air yang Memenuhi Persyaratan untuk Usaha Pembenihan Ikan Lele (clarias sp).     
Parameter
Kandungan
1
Air tanah (untuk pemijahan dan pemeliharaan benih)
-       Suhu
-       Padatan tersuspensi
-       Kekeruhan
-       Oksigen terlarut
-       Karbondioksida
-       pH
-       Amonia total
-       Nitrit
-       Alkalanitas
-       Kesadahan total


25-32 oC
Max 400 mg/l
Max 50 NTU
Max 5 mg/l
Max 12 mg/l
6,5-8,5
Max 1 mg/l total amonia
Max 0,1 mg/l
Min 0,1 mg/l
Min 20 mg/l CaCO3
2
Air permukaan (untuk kegiatan pemeliharaan calon induk dan induk)
-       Suhu
-       Padatan tersuspensi
-       Kekeruhan
-       Oksigen terlarut
-       Karbondioksida
-       pH
-       Amonia total
-       Nitrit
-       Alkalanitas



26-32 oC
Max 600 mg/l
Max 250 NTU
Max 5 mg/l
Max 12 mg/l
6,5-8,5
Max 1 mg/l total amonia
Max 0,2 mg/l
Min 50 mg/l CaCO3

D. Kebiasaan Hidup
              Di habitat aslinya, lele lebih senang bersembunyi di dalam lubang-lubang yang terdapat diperairan tempatnya hidup. Selain sebagai tempat bersembunyi, lubang tersebut juga dimanfaatkan sebagai tempat bertelur. Ikan ini juga terkenal menyukai air yang baru, sehingga saat dikolam pemeliharaan sering terlihat bergerombol  didekat saluran pemasukan air. Selain itu ikan lele juga memiliki sifat nocturnal, yaitu aktif bergerak mencari makan pada malam hari.
              Pakan alami ikan ini adalah binatang-binatang renik seperti kutu air dari kelompok daphnia, cladocera, copepod. Dengan pola makan demikian, maka para ahli ikan menggolongkan ikan lele ini sebagai ikan pemakan daging (carnivora). Ikan lele ini juga sangat responsif terhadap pakan. Artinya semua pakan yang diberikan sebagai ransum atau pakan sehari-hari kan tetap termakan habis.
              Sedangkan kebiasaan memijahnya sering terjadi pada awal musim hujan, yakni pada sekitar bulan Oktober sampai dengan Maret. Hal ini disebabkan pada musim hujan ikan mengalami rangsangan akibat terjadinya perubahan suhu dan peningkatan kedalaman air.
  1. Teknik Pemijahan
Kolam untuk pemijahan dapat berupa kolam tembok, kolam tanah, kolam terpal maupun dengan bak fiberglass. Kolam pemijahan sebaiknya dilengkapi dengan pipa air masuk dan pembuangan (saluran masuk dan pengeluaran), kolam berukuran kecil yaitu 2 x 1 x 0,5 m, dibuatkan kakaban atau sarang untuk bertelur yang terbuat dari ijuk / waring sebagai tempat menempel telur. Kolam ukuran kecil ini untuk kapasitas satu pasang induk memijah. Sedangkan untuk pemijahan massal, kolam dapat dibuat lebih besar dengan beberapa sarang di dalamnya.
A. Teknik Pemijahan Lele Semi Intensif.
Pemijahan ikan lele semi intensif yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam. Perkembangan dalam budidaya ikan lele khususnya dalam usaha pembenihan ikan lele telah mengalami kemajuan yang sangan pesat. Untuk merangsang pemijahan sekarang dapat digunakan hormon buatan atau hormon sintesis yang banyak diproduksi di luar negeri. Beberapa jenis hormon sintesis tersebut misalnya Ovaprim, HCG, LHRH. Hormon Ovaprim dapat di peroleh di toko-toko yang menjual berbagai macam kebutuhan budidaya perikanan atau toko-toko suplai obat perikanan.
Persyaratan agar penyuntikan dengan hormon dapat efektif maka induk ikan lele harus sudah mengandung telur yang siap untuk memijah (matang telur). Apabila kondisi induk tidak matang gonad, tentu injeksi hormon yang dilakukan tidak akan efektif (tidak berhasil).
  1. Menyuntik Induk Lele Dengan Hormon Ovaprim
Urutan pekerjaan pemijahan induk lele secara semi intensif dengan hormon buatan adalah sebagai berikut :
a)      siapkan alat suntik dan hormon Ovaprim untuk disuntikkan. Gunakan injeksi spuit yang sudah dibersihkan dengan air panas atau gunakan alat injeksi yang baru.
b)      Timbang induk ikan lele (jantan dan betina) dan tentukan dosis Ovaprim.
*  Induk yang beratnya ± 1 kg, dosis hormon Ovaprim 0,3-0,5 ml. Bila beratnya 0,5 kg maka dosis yang diperlukan setengah nya, yakni 0,15 - 0,25 ml (sesuai petunjuk pada wadah hormon tersebut).
* Sedot dengan alat injeksi spuit sebanyak hormon yang diperlukan, misalnya 0,5 ml.
Usahakan posisi botol dan injeksi spuit tegak lurus, botol berada di atas. Setelah itu, sedot lagi dengan injeksi spuit yang sama akuades sebanyak 0,5 ml juga untuk mengencerkannya Setelah disuntik, ikan jantan dan betina dimasukkan ke dalam bak pemijahan.
c) Cara menyuntik
* Tangkap induk lele dengan menggunakan seser induk. Kemudian seorang membantu.memegang induk lele yang hendak disuntik (ikan betina terlebih dahulu) dengan menggunakan kain untuk menutup dan memegang kepala ikan dan memegang pangkal ekornya.
* Kemudian suntikkan hormon yang sudah disiapkan tadi ke dalam daging lele di bagian punggung, setengah dosis di sebelah kiri dan setengah dosis disebelah kanan dengan kemiringan jarum sunik 30° - 45ยบ. Kedalaman jarum suntik ± 1 cm dan disesuaikan dengan besar kecilnya tubuh ikan. Lakukan penyuntikan secara hati-hati. Setelah larutan hormon didorong masuk, jarum dicabut lalu bekas suntikkan ditekan dangan jari telunjuk beberapa saat agar obat tidak keluar.

HAMA DAN PENYAKIT

Sama seperti  ikan lainnya, ikan lele ini juga tidak terlepas dari ancaman hama dan penyakit. Penyakit yang menyerang lele pada umumnya disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang mendukung. Sementara itu, hama yang menyerang ikan lele antara lain ular, dan belut, sedangkan organisme pathogen yang menyerang berupa Ichthiophtbirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp., dan Dactylogyrus sp.
Penanggulangan masuknya bibit hama ini dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air kolam, Membersihkan pematang kolam, dan memasang plastik di sekeliling kolam, selain itu juga perlu memperhatikan Penanganan ikan yang kurang cermat, penggunaan peralatan dan kolam yang tidak steril, serta tidak dilakukannya proses karantina. Penanggulangan organisme pathogen dapat  dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik serta pemberian pakan yang teratur dan mencukupi.
Pengobatan ikan yang sudah terserang penyakit dapat dilakukan dengan memberikan obat yang sesuai dengan jenis penyakitnya. Adakalanya penyakit yang menyerang akan menular. Untuk mencegah hal itu, beberapa langkah penyelamatan yang dapat dilakukan sebagai berikut.
*               Segera menangkap dan memusnahkan ikan yang terserang penyakit.
*               Segera memindahkan ikan yang kondisinya masih sehat ke kolam lain dan mendefinisikannya. Mengurangi padat penebaran.
*               Hindari membuang air bekas ikan sakit ke saluran air
*               Keringkan kolam yang telah terjangkit penyakit, lalu bersihkan dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organic. Setelah itu, lakukan pengapuran menggunakan kapur pertanian (CaO) dengan dosis I kg/ 5 m2. Pengeringan dilakukan sampai dasar kolam retak-retak dan penebaran kapur dilakukan secara merata, termasuk dibagian tanggul.
*               Lakuka pengisian air baru ke dalam kolam secara periodik.
*               Alat tangkap dan wadah harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Begitu juga dengan tangan kita, harus  didesinfeksi dengan mencucinya didalam larutan PK. Disinfeksi ini dilakukan mencelupkan ke dalam larutan air Kalium Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air), atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
*               Berikan pakan yang bergizi tinggi dan tingkatan daya tahan tubuh ikan dengan memberikan vitamin.

DAFTAR PUSATAKA
Soetomo, M.H.A. 1987. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar Baru. Bandung.
Subenda, dodi, 2000. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo, dinas perikanan propinsi jawa barat UPTD – BPBAT Cijongkol Subang.
Susanto, H. 1987. Budidaya ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suyanto, R. Dan hardiningsih s, 1984. Penanggulangan Hama dan Penyakit di Tambak. Proyek pengembangan budidaya tambak. Departemen pertanian. Direktot jendral, perikanan, jakarta.
Suyanto, R., 1981. Parasit ikan dan cara pemberantasannya. Yayasan sosial tani pembangunan, Jakarta.